Unpad di Persimpangan Jalan

persimpangan_jalan

Selasa, 17 November 2015, dini hari adalah waktu ketika saya menulis tulisan ini. Hari ini bertepatan dengan masa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Kema Universitas Padjadjaran yang saat ini masih berlangsung. Pemilu kali ini bisa saya katakan merupakan pemilu paling krusial dan dilematis yang pernah saya lihat selama saya menjadi mahasiswa Universitas Padjadjaran. Pemilu kali ini banyak ditemukan isu yang menyebar di masyarakat kampus Jatinangor maupun DU. Banyak isu yang menyebar dari isu independensi, yang sudah tak asing lagi, dan isu-isu sensitif lainnya.

Bisa saya katakan ini pemilu universitas ini pemilu paling menarik yang pernah saya lihat.

Para Calon Presiden

Pemilu tahun ini diramaikan oleh dua calon presiden yang berasal dari angkatan yang sama, fakultas yang sama dan jurusan yang sama. Walau berasal dari keluarga yang sama tapi mereka berdua memiliki latar belakang yang berbeda.

Pada calon pertama latar belakang yang mereka jual adalah ‘islamis’. Entah ini karena yang mereka ajukan berbau ‘islamis’ atau tidak tetapi yang jelas organisasi yang mengangkat calon presiden adalah organisasi bernaungan islam, yaitu DKM FISIP Unpad, FKDF dan KAMMI Komsat Sosial Medik Unpad. Posisinya pun tidak main-main, menjadi Ketua DKM FISIP Unpad 2014, Head of Department FKDF Unpad 2015, Sekertaris Jenderal KAMMI Komsat Sosial Medik Unpad 2015 dan Chairman of the Board FSLDK (Forum Silahturahim Lembaga Dakwah Kampus Se-Bandung Raya) 2015. Sebelum itu juga aktif di Hima HI FISIP Unpad 2013, PR DPA Hima HI FISIP Unpad 2013, KPSDMO BEM FISIP Unpad 2013 dan Head of Commission di BPM FISIP Unpad 2014. Mampu berbahasa Sunda, Inggris, Arab dan Jerman

Di calon yang kedua latar belakang yang dijual pun berbeda, ‘profesional’ dan ‘independen’. Sekali lagi entah kenapa hal ini yang muncul. ‘Independensi’ dan ‘profesional’ itu relatif. Bisa jadi ini karena latar belakang calon yang membangun dia. Pernah menjadi bagian Paskibraka Nasional 2009, Ketua Paskibra Kota Bandung 2009-2010, Trainer Youth Leadership Camp 2010, Pemimpin Indonesian Youth Ambassador 2009, Ketua DPR Terpilih Parlemen Remaja 2011 dan Presiden BEM FISIP Unpad 2015. Selain jabatan sang calon juga menjadi bagian dari JENESYS Program, mendapatkan Award for Outstanding Students dari Wali kota Bandung 2010, Best Delegation di Padjadjaran Model United Nations 2012 dan first Winner di Debate Contest International Affairs Week Universitas Parahyangan 2013. Mampu berbahasa Sunda, Inggris, Perancis dan Mandarin.

Beda Calon Beda Masalah

Calon yang ‘islamis’ memiliki masalah mengenai independensi bila menjadi pejabat kampus ini. Kebergabungan dia ke dalam organisasi KAMMI menjadi beban integritas dia dalam kepemimpinannya nanti.

Mengapa bisa dikatakan KAMMI menjadi beban integritasnya? Sudah menjadi pembicaraan umum bahwa KAMMI memiliki relasi dengan salah satu partai politik, PKS. Hal ini terlihat besarnya peran dari alumni mereka yang berada di PKS dalam mengendalikan aksi-aksi KAMMI dan menjadikan PKS sebagai ‘karier politik masa depan’ bagi aktivis KAMMI 1. Konsekuensinya, walaupun ada kata ‘independensi’, hubungan yang dibangun juga sangat klientelistik, dalam aktivitas-aktivitas Tarbiyah, alumni KAMMI yang berkecimpung di PKS sangat besar perannya dalam menentukan arah gerak KAMMI2. Hal ini dapat dibuktikan dengan berbagai sikap KAMMI yang ‘satu suara’ dengan PKS. Salah satu contoh yang jelas adalah saat KAMMI mendukung Aher (Kader PKS)3 menjadi Capres pada tahun 2013 4.

IMG-20151029-WA0000

Gambar 1 Calon ‘Islamis’ (ujung kiri) dalam aksi ‘Gerakan Nasional Mahasiswa Menitipkan Mandat Kepada Prabowo’ 2014. Sumber: Istimewa

Beban integritas ini juga ditambah dengan ikut sertanya calon ‘islamis’ ini di dalam aksi ‘Gerakan Nasional Mahasiswa Menitipkan Mandat Kepada Prabowo pada tahun 20145. Dukungan pada calon presiden merupakan hak pribadi namun saat dia mengatasnamakan mahasiswa, khususnya mahasiswa Unpad, hal ini menjadi berbeda. Mahasiswa yang independen dalam berpolitik dituntut menjadi penyeimbang dan kelompok intelektual dalam mengkritisi pemerintahan. Namun bila mahasiswa itu sudah berpihak dalam kubu politik, jangan harap akan ada independensi dan jiwa kritis murni di dalamnya. Mahasiswa yang sudah berpihak dalam politik hanya akan menjadi ‘alat politk’ bagi pemain politik. Contoh terjadi saat Malari 1974, ketika aksi mahasiswa hanya menjadi ‘alat’ persaingan politik Orde Baru. Apakah kita yakin pemimpin ini akan terbebas dari intervensi parpol?

Lain halnya dengan calon ‘independen’ dan ‘profesional’ ini. Calon ini sempat diisukan memiliki hubungan dengan pihak organisasi eksternal, HMI, melalui selembaran gelap saat kampanye lalu. Namun selembaran tersebut langsung dibantah oleh pihak terkait6. Klarifikasi tersebut bisa menjadi positif dan negatif. Positif karena calon terbebas dari isu tersebut, negatif karena mengindikasikan kemungkinan adanya permainan isu di lain pihak.

Selain itu pada debat prama yang dilaksanakan di Gerlam, Kampus Unpad Jatinangor dengan panelis Ust. Ahmad Fakhrudin Isfron (Presiden Kema Unpad 2008-2009), calon ini tersandung oleh isu yang masih tabu dan sensitif di Indonesia, khususnya Unpad, yaitu LGBT. Calon ini dikabarkan mendukung isu ini. Di sisi dunia yang lain, isu ini tidak menjadi masalah tapi untuk di Indonesia, khususnya Jawa Barat, lain ceritanya. Jawa Barat yang masing kuat unsur agama dalam kehidupan bermasyarakatnya, sangat menentang keras isu tersebut. Karakteristik pada masyarakat Jawa Barat ini mempersulit keadaan bagi calon karena mayoritas mahasiswa Unpad masih berasal dari provinsi tersebut.

Di Persimpangan Jalan

Mahasiswa Unpad berada di persimpangan, ketika harus memilih pemimpin mereka yang hanya terdapat dua kandidat. Pilihan terbagi tiga. Apakah tetap berada di bawah naungan kelompok dengan independensi yang diragukan? Apakah mencoba calon baru dengan hal-hal tabu disekelilingnya? Atau diam dan membiarkan orang lain memenangkan calon yang kita anggap tidak tepat dalam prama ini?

Semua pilihan ada di tangan mahasiswa. Sekali lagi Unpad berada di persimpangan jalan.

Diolah dari;

  1. Umar ARM. Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru: Kajian Psikoanalisis Lacanian atas Hubungan KAMMI dan PKS. Ulul Albab. 2014;15(1):69–96.
  2. Muhtadi B. Dilema PKS: Suara dan Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2012.
  3. Anon. Ahmad Heryawan. Wikipedia.org. 2015. Available at: https://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Heryawan. Accessed November 17, 2015.
  4. Ratomo UT. Ketua KAMMI Dukung Ahmad Heryawan Jadi Capres. Antara. 2013. Available at: http://www.antaranews.com/berita/403950/ketua-kammi-dukung-ahmad-heryawan-jadi-capres. Accessed November 17, 2015.
  5. Daulay WC. Dukung Prabowo-Hatta, 3.000 mahasiswa padati Bundaran HI. Merdeka.com. 2014. Available at: http://www.merdeka.com/politik/dukung-prabowo-hatta-3000-mahasiswa-padati-bundaran-hi.html. Accessed November 17, 2015.
  6. Al-kilmani MF. Si Fulan Kurang Piknik. 2015. Available at: http://hmisastraunpad47.tumblr.com/post/132523522867/si-fulan-yang-kurang-piknik.
  7. https://www.facebook.com/faris.mujahid/about
  8. https://www.facebook.com/navajobima/about?section=bio&pnref=about
  9. https://www.linkedin.com/profile/view?id=ADEAABNSx9EBDqfaboxPIgDtt4WMgMqmA0a1ULA&authType=NAME_SEARCH&authToken=Q7It&locale=en_US&srchid=3749993891447696222345&srchindex=1&srchtotal=2&trk=vsrp_people_res_name&trkInfo=VSRPsearchId%3A3749993891447696222345%2CVSRPtargetId%3A324192209%2CVSRPcmpt%3Aprimary%2CVSRPnm%3Atrue%2CauthType%3ANAME_SEARCH
  10. https://www.linkedin.com/in/navajo-bima-hadisuwarno-66732780
  11. http://bem.fisip.unpad.ac.id/ketua/
  12. http://kammisosialmedik.tumblr.com/post/119430923187/tokoh-moeda-faris-mujahid-sekjend-kammi
  13. http://djatinangor.com/ditanya-tentang-makna-bem-kema-unpad-kedua-pasang-calon-presma-wapresma-beranalogi/

Leave a comment